Langsung ke konten utama

Hadapi Masalahmu! Mengatasi Masalah dengan Bijaksana



Saya suka kesal kalau mengalami resah karena ada masalah yang datang, pastinya, masalah bisa datang kapan saja dalam kehidupan sehari-hari. Dan masalah ini sangat bervariasi, bisa masalah di kantor terkait kurangnya komunikasi, masalah dengan keluarga terkait kesal dengan salah satu keluarga jauh, atau masalah keuangan mengenai pengeluaran yang dirasa tidak perlu.

Yang bikin kesal sebenarnya perasaan resahnya, karena ternyata masalah ini datang tidak terduga, dan mengganggu pikiran.

Ya, lalu mau bagaimana lagi? Akhirnya, masalah ini perlu dihadapi. Saya memiliki 5 teknik dalam menghadapi masalah ini:

1. Terapkan Go – No Go untuk masalah tersebut. Menurut saya, penerapan ini adalah bagian dari bersikap realistis terhadap masalah tersebut. Sebagai contoh:

        - Masalah dengan saudara, misal perselisihan pendapat. Apakah perlu diselesaikan? Apakah bisa dibicarakan dulu? Apakah bisa dilupakan saja?

        Untuk hal ini, pastinya akan perlu diselesaikan, karena ini adalah saudara sendiri. Jadi untuk masalah ini, Go untuk dilanjutkan dan dipikirkan penyelesaiannya.

        Masalah dengan pekerjaan, misal mengenai perasaan gaji tidak sesuai. Apakah bisa diselesaikan? Apakah bisa dibicarakan dulu?

        Jika setelah dibicarakan dengan atasan ternyata bahwa Perusahaan sudah mempunyai standar gaji tertentu, dan solusinya adalah pindah kerja, maka, masalah ini adalah No Go. Saya akan terima dulu masalah ini sambil mencari pekerjaan baru.

 

2. Identifikasi masalah dengan jelas. Saya memilah identifikasi masalah menjadi masalah internal atau external. Contoh sebagai berikut:

        Masalah internal: dengan adanya masalah ini, apakah saya bisa menyelesaikan dengan mengubah     pemikiran, response, atau kata-kata saya? Contohnya seperti: jika saya kesal dengan saudara saya     karena dia mempunyai konsep yang berbeda, jika saya terima konsep tersebut, apakah ini hanya ego pribadi atau ada efek lain yang lebih parah? Misal, keuangan jadi jelek, atau membuat diri sakit. Jika hanya ego saja, maka perlu diperbaiki ego saya ini.

        Masalah external: dengan adanya masalah ini, apakah perlu pihak lain untuk menyelesaikan? Contohnya seperti: jika saya kesal dengan saudara saya untuk mengurus hal tertentu, apakah             perlu pihak luar, agen atau teman untuk menyelesaikannya? Jika ya, maka akan difokuskan untuk koordinasi dan komunikasi dengan pihak tersebut. 

 

3. Pikirkan solusinya. Dengan melakukan identifikasi masalah, kita sebenarnya bisa memperkirakan Solusi yang diperlukan. Dari perkiraan Solusi tersebut, agar dianalisa dan diperkirakan solusi yang dapat benar-benar menyelesaikan masalah. Minimal ada 2 alternatif Solusi yang saya pikirkan – ini maksimal ya. Karena kalau memikirkan terlalu alternatif Solusi, akan bikin pusing 😊.

 

4. Komunikasi untuk solusi yang ada. Ini menjadi tantangan baru buat saya, karena komunikasi termasuk meyakinkan diri sendiri dan pihak lain mengenai solusi yang ada. Biasanya, akan ada diskusi dan argumentasi dalam solusi ini. Tentunya, akan ada tantangan dan masalah baru. Saya juga terbuka dengan komunikasi terbuka, artinya, jika ternyata ada masalah baru dalam komunikasi ini, ya perlu dipikirkan juga penyelesaiannya, dan bisa saja komunikasinya jadi tertunda.

 

5. Selesaikan. Tindak lanjuti hasil dari komunikasi awal untuk penyelesaian, lalu, mulai lagi dari point 1 seterusnya, sampai keresahan hilang, dan masalah bisa diselesaikan untuk saya.

 

Untuk saya, perlunya segera penyelesaian masalah adalah untuk menghindari keresahan karena masalah yang tidak selesai tersebut.

Hadapi masalahnya, atau tinggalkan/lupakan karena memang tidak akan selesai, ini menjadi strategi saya untuk tidak resah, dan saya bisa dengan senang dan tenang menghadapi hari-hari saya.

Pada akhirnya, menghadapi masalah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Pastikan masalah tersebut bernilai dan menjadikan kita manusia yang lebih baik, manusia yang bertumbuh dan berkembang. Dan satu lagi, bahwa ini adalah bagian dari menjaga kesehatan mental untuk diri sendiri yang bisa menghindari stress berkelanjutan.

 

Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Utama Kehidupan Bahagia: Harapan Rendah dan Bersikap Stoik

Aturan utama kehidupan bahagia adalah harapan rendah. Jika Anda punya harapan tidak realistis, Anda akan merana sepanjang hidup. Anda sebaiknya punya harapan yang masuk akal Dan menerima hasil-hasil dalam hidup, baik Dan buruk, sebagaimana adanya dengan bersikap stoik. Charlie Munger, 98 tahun.    Kehidupan bahagia sering kali dianggap sebagai tujuan utama setiap individu dan secara umum, kita merasa bahagia jika mengalami hal-hal berikut:  1. Kebebasan Financial. 2. Kesehatan. 3. Hubungan yang sehat. 4. Keseimbangan hidup. 5. Ketenangan batin. Kebahagiaan tersebut bisa dicapai jika:  - Kita memiliki harapan yang masuk akal dan menerima segala hasil dalam hidup, baik itu baik maupun buruk, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.  - Sebaiknya, harapan yang tidak realistis hanya akan membawa penderitaan sepanjang hidup. T Tentunya untuk mencapai kebahagiaan tersebut wajib untuk diusahakan , sebagai contoh adalah: 1. Kebebasan Finansial: membu...

2 Cara Meningkatkan Manajemen Waktu untuk Mengembangkan Diri

Merasa sudah pakai to-do list, pasang reminder, tapi tetap aja hari terasa sibuk tanpa hasil? Mungkin yang kamu butuhkan bukan teknik baru—tapi kesadaran diri dan refleksi. Manajemen waktu sering diasosiasikan dengan alat bantu seperti to-do list, aplikasi produktivitas, atau teknik seperti Pomodoro. Namun, satu aspek yang sering diabaikan—padahal sangat fundamental—adalah self-awareness (kesadaran diri) dan refleksi diri. Tanpa dua hal ini, strategi dan alat terbaik sekalipun akan sulit memberikan hasil optimal.   Mengelola waktu bukan sekadar soal mengisi agenda, tapi tentang mengenal diri sendiri: apa yang penting bagimu, kapan kamu paling produktif, serta apa saja kebiasaan yang justru menyabotase waktumu.   1)       Mengenal Diri untuk Mengelola Waktu (Self-awareness). Self-awareness adalah kemampuan untuk memahami pola pikir, emosi, dan kebiasaan diri sendiri. Dalam konteks manajemen waktu, ini berarti kamu sadar: Kapan kamu palin...