Merasa sudah pakai to-do list, pasang reminder, tapi tetap
aja hari terasa sibuk tanpa hasil?
Mungkin yang kamu butuhkan bukan teknik baru—tapi kesadaran
diri dan refleksi.
Manajemen waktu sering diasosiasikan dengan alat bantu
seperti to-do list, aplikasi produktivitas, atau teknik seperti Pomodoro.
Namun, satu aspek yang sering diabaikan—padahal sangat fundamental—adalah
self-awareness (kesadaran diri) dan refleksi diri. Tanpa dua hal ini, strategi
dan alat terbaik sekalipun akan sulit memberikan hasil optimal.
Mengelola waktu bukan sekadar soal mengisi agenda, tapi
tentang mengenal diri sendiri: apa yang penting bagimu, kapan kamu paling
produktif, serta apa saja kebiasaan yang justru menyabotase waktumu.
Self-awareness adalah kemampuan untuk memahami pola pikir,
emosi, dan kebiasaan diri sendiri. Dalam konteks manajemen waktu, ini berarti
kamu sadar:
- Kapan kamu paling fokus?
- Aktivitas apa yang membuatmu mudah terdistraksi?
- Apa tujuan utamamu setiap harinya?
- Apa alasan di balik kecenderungan menunda?
Perlu diatur waktu tertentu untuk melakukan evaluasi diri
dan bertanya kepada diri sendiri mengenai tujuan untuk mengelola waktu.
Tanpa kesadaran ini, kamu bisa terus mengisi harimu dengan
aktivitas, tapi tetap merasa tidak produktif atau bahkan kelelahan tanpa hasil
berarti.
Untuk saya pribadi, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah:
- Kapan saya paling fokus? Di pagi hari. Saya sudah terbangun setiap hari rata-rata
jam 4.30 pagi. Saya meluangkan waktu untuk bekerja minimal 30-45 menit untuk
melihat aktivitas yang bisa saya selesaikan hari ini di kantor.
- Aktivitas apa yang membuat saya mudah terdistraksi? Jika kesulitan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan melihat ada pekerjaan lain yang lebih mudah diselesaikan.
- Apa tujuan utamamu setiap harinya? Untuk memastikan pekerjaan utama selesai dan memberikan kontribusi baik kepada perusahaan. Dengan tetap memastikan kesehatan mental terjaga.
- Apa alasan di balik kecenderungan menunda? Terutama jika perlu adanya interaksi atau mencari informasi baru yang saat ini tidak saya miliki. Jika saya perlu menghubungi seseorang, meminta/mencari data, atau membuatkan ringkasan terlebih dulu.
Refleksi diri adalah proses meninjau kembali apa yang telah
dilakukan, apa yang berhasil, dan apa yang tidak. Ini bisa dilakukan harian,
mingguan, atau bulanan. Tujuannya adalah menemukan pola—baik pola sukses maupun
pola kegagalan.
Pertanyaan sederhana berikut bisa membantumu merefleksi
hari:
- Apa tiga hal yang berhasil saya lakukan hari ini?
- Apa yang menghambat saya menyelesaikan tugas?
- Apakah saya mengalokasikan waktu sesuai prioritas saya?
- Apa satu hal yang bisa saya ubah agar besok lebih baik?
Waktu untuk bertanya bisa dilakukan secara rutin sekali
setiap hari, minggu atau dalam periode satu bulan. Proses ini bisa dilakukan
lewat jurnal harian, voice notes, atau diskusi pribadi dengan mentor atau teman
dekat. Semakin sering dilakukan, refleksi akan jadi alat koreksi yang sangat
ampuh dalam perjalanan pengelolaan waktu.
Untuk saya pribadi, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah:
- Apa tiga hal yang berhasil saya lakukan hari ini? Setiap pagi di hari kerja, saya memiliki buku catatan untuk menuliskan tiga prioritas pekerjaan dan rencana kerja. Umumnya, saya bisa menyelesaikan 3 aktivitas pertama setiap harinya.
- Apa yang menghambat saya menyelesaikan tugas? Jika saya perlu koordinasi dengan orang lain, dan orang tersebut tidak segera tersedia. Saya akan ajak meeting dengan waktu tertentu.
- Apakah saya mengalokasikan waktu sesuai prioritas saya? Saya masih belajar, umumnya, di pagi hari prioritas saya bisa tercapai.
- Apa satu hal yang bisa saya ubah agar besok lebih baik? Untuk hal ini, saya juga masih belajar, karena catatan-catatan saya selalu berubah-ubah jika terkait dengan orang lain.
Manfaat Nyata dari Self-Awareness dan Refleksi
Beberapa manfaat langsung dari pendekatan ini:
- Lebih fokus pada yang penting: karena kamu sadar apa yang bernilai dan apa yang hanya kebisingan.
- Mengurangi stres: karena kamu tidak sekadar sibuk, tapi sibuk dengan arah yang jelas.
- Perbaikan berkelanjutan: karena refleksi membuat kamu belajar dari pengalaman, bukan mengulang kesalahan.
- Pengambilan keputusan yang lebih bijak: karena kamu tahu kapan harus berkata “tidak” pada hal yang tidak sejalan dengan tujuanmu.
Kesimpulan
Mengembangkan self-awareness dan melakukan refleksi diri
mungkin tidak sepraktis memasang alarm atau checklist digital, tetapi dampaknya
jauh lebih dalam. Keduanya adalah fondasi untuk membuat sistem manajemen waktu
yang benar-benar sesuai dengan dirimu.
Daripada terus mencari metode baru, cobalah berhenti sejenak
dan dengarkan dirimu sendiri. Waktu tidak akan pernah bertambah, tapi cara kita
menggunakannya bisa terus berkembang — asal kita cukup sadar untuk
memperbaikinya.
Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar