Langsung ke konten utama

Profesionalisme



Pagi ini, saya baru membaca tulisan dari motivator mengenai bagaimana seharusnya dokter secara professional bersikap. Ternyata berat yah, jadi dokter itu punya janji yang harus dipenuhi karena sudah berjanji atas nama TUHAN Yang Maha Esa.

Nah, saya dengan profesi sebagai konsultan tertarik untuk menuliskan versi saya sendiri mengenai profesionalisme. Yang saya tuliskan ini sih, lebih secara umum berdasarkan yang saat ini saya lakukan dan menurut saya perlu untuk diinformasikan ke teman-teman.

Dari kamus (http://kamusbahasaindonesia.org)  adalah: mutu, kualitas, dan tindak tanduk yg merupakan ciri suatu profesi atau orang yg professional.

Dari penjelasan menurut kamus diatas, kalau bisa saya tuliskan versi saya, professional itu merupakan kumpulan dari beberapa hal dibawah ini. Ini menurut saya loh, karena saya sudah cukup lama bekerja dan bertemu banyak orang. Saya sangat menyukai dan mengharapkan semua orang bisa bersikap seperti ini:

1.     Sikap professional
Bersikap professional ini yang utama adalah memenuhi komitmen yang telah diucapkan atau dituliskan, contoh:
  • Tepat waktu. Hehe, ini adalah syarat ideal yang sangat susah diikuti oleh semua pihak. Dan saya saja masih labil untuk menerapkannya. Bagaimana bisa? Saat saya on time, rekan-rekan dan client tidak on time, saya berturut-turut datang on time, client nya telat teruss….(cape deh)
Tetapi seharusnya, hal tersebut tidak merubah sikap kita, karena ini menyangkut kredibilitas kita. Bagaimana kita bisa bertahan untuk selalu on time. Jika kita bisa menunjukkan bahwa kita adalah orang yang persisten, maka para client atau rekan akan lebih menghargai kita. Kalaupun tidak, kita bisa menghargai diri sendiri atau bangga dengan diri sendiri karena selalu on time.

  • Berpakaian rapih. Well, ini sih wajib yah, minimal, memakai kemeja dan dimasukkan kedalam celana panjang. Hmm, saya mungkin old-fashion, tetapi ini adalah salah satu hal yang membuat kita diperhatikan dan di hargai oleh orang lain. Mungkin akan berbeda jika lingkungannya memang mempunyai dress code yang berbeda, maka model yang berbeda bisa diterapkan. 
Hanya saja, kemeja tangan panjang yang rapih (tidak kusut) dan dimasukkan ke celana panjang sudah cukup rapih.
  
  • Saat rapat tidak bermain gadget. Nah, ini nih, sekarang sepertinya jadi umum banget, tetapi sebenarnya tidak benar! Saya sih protes, tetapi masih dalam bentuk berusaha untuk tidak melihat ke hp (blackberry) saya saat meeting. Yang bagus sih, dari pemimpin rapat harus menjelaskan, meeting selama 1 jam dan dalam waktu 30 menit pertama bisa break untuk melihat gadget. Tetapi saat ini, hal seperti itu sangat jarang sekali diterapkan.
Menurut saya, sebaiknya ini terus diterapkan untuk menunjukkan betapa pentingnya setiap peserta rapat untuk focus pada meeting.

2.     Sikap yang baik positif dan menghargai orang lain
Bersikap lagi? Yah benar, menurut saya, tingkat profesionalisme dari seseorang itu dilihat dari sikapnya. Bahkan saya bisa bilang bahwa tingkat kedewasaan seseorang itu dilihat dari sikapnya? Maksudnya? Iya sikap dia menghadapi masalah, berbicara dengan orang lain, sikap dia dipuji oleh orang lain. Ini rinciannya:
  • Sikap saat mendapatkan kritik/masalah, tidak memenuhi target. Kesal? Marah? Bête? Yah, sah-sah saja sih untuk bersikap seperti itu. Tetapi apakah menyelesaikan masalah?
Bersikap selalu positif memberikan nilai tambah, kepada diri kita sendiri pastinya. Lalu, akan memberikan serta membentuk aura dan lingkungan yang positif dengan rekan kerja.
  • Untuk kritik: kita bisa bersikap santai dengan menjawab: well, nobody perfect, I’ll improve myself next time. Atau jika kritik yang cukup sadis, sebaiknya dengan senyum dan diam, lalu menjelaskan apa yang sudah kita lakukan. Sikap marah atau tidak terima dengan kritik bisa menjadi penilaian dari orang lain bahwa kita belum cukup dewasa dalam menerima kritik.
Jika juga harus bisa bersikap untuk men stop pembicaraan jika kita rasa pembicaraan tersebut menyudutkan kita.
  • ·         Untuk sikap saat tidak mencapai target: bisa dengan santai well: we won and we lost sometime. Sebaiknya kita juga sudah menunjukkan bahwa kita mempunyai barisan client (pipeline) yang sangat banyak sehingga kita bisa memperlihatkan bahwa kita sudah cukup keras berusaha.
 
  • Sikap saat menanyakan sesuatu. Yah, ini sih hanya sikap sopan yang kadang-kadang kita lupa (biasanya atasan kepada bawahan). Bahkan lebih parah, TIDAK BERANI BERTANYA, yang penting adalah sikap. Jika ada masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh atasan, ya tanyakan saja sama atasan. Tentunya, tunjukkan bahwa kita sudah menanyakan ke banyak pihak mengenai hal ini dan tidak ada yang tahu.
  • Menjelaskan hal-hal negative secara objective. Well, sederhananya, talk more about our work rather than people. Kalaupun harus membicarakan kejelekan orang lain, sebaiknya jangan. Atau jika terpaksa, dalam bentuk 1-on-1 dengan atasan langsung.
 3.     Memberikan yang terbaik
Maksudnya? Memangnya dengan datang kerja tepat waktu dan pulang lembur tidak cukup? Well, mungkin cukup mungkin tidak. Karena memberikan terbaik itu lebih sekadar melebihkan waktu kerja saja. Menurut saya sih seperti ini:
  • Memberikan solusi alternative. Dalam bekerja, pastinya kita harus memberikan solusi improvement (perbaikan) dari pekerjaan kita. Kita bisa jelaskan dan usulkan cara lain yang lebih baik yang sebaiknya dilakukan. Nah, hal ini bisa di presentasikan atau dituliskan dalam bentuk laporan kepada atasan kita.
  • Menanyakan kepada ahlinya. Siapa ahlinya? Ingat, kita bukan superman yang tahu segalanya, pasti ada rekan-rekan kita yang lebih mengerti untuk hal-hal tertentu seperti HR, Engineering, Hospitality dan lain-lain. Nah, ajak mereka berdiskusi dan mencari ide mengenai apa saja yang bisa  kita lakukan untuk menjadi lebih baik. Kebanyakan orang sih suka di ajak berdiskusi. Yang perlu di ingat, kita harus membicarakan nama orang yang memberikan ide ini jika kita berbicara di muka umum atau kepada atasan. Tidak perlu takut mereka akan menjadi lebih baik atau dipromosi, karena, dengan kita membicarakan subject tertentu, kita juga akan dinilai baik oleh atasan kita
  • Mempelajari secara keseluruhan. Nah, ini yang susah, kadang-kadang kita terlalu focus pada problem sehingga kita tidak melihat masalah secara keseluruhan (istilahnya: see the big picture…)
Yang suka dibilang sih: stop sejenak, berfikir dan kita berusaha melihat masalah tersebut dari sisi yang lebih tinggi. Misalnya: masalah absensi, jika 20% karyawan terlambat, mungkin perlu diperhatikan bahwa jam kerja teratur bisa menjadi masalahnya, bagaimana jika menjadi flexi hour? Bagaimana dengan work from home? Dan lain sebagainya

4.     Selalu belajar
Ya ampun, sudah bekerja sekian jam per hari, tetapi masih harus belajar? Hihihi, sama sih, saya juga berpikir seperti itu. Tetapi, jaman sekarang ini, banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan dari media termasuk internet dan juga buku-buku. Dan belajar itu juga bisa dilakukan dengan cara berdiskusi, rapat inovasi kerja serta brainstorming meeting (saya tidak cocok dengan terjemahan brainstorming – curah pendapat). Jadinya? Selalu belajar ini maksudnya apa? Yaitu:
  • Mempelajari dari berbagai sumber
  • Mengikuti website atau mailing list untuk bidang yang ditekuni saat ini
  • Memberikan ilmu atau menceritakan ilmu yang telah dipelajari kepada team
Wuih, banyak juga yah….tentunya pasti banyak kombinasi lainnya dan saya OK saja. Karena setiap orang pasti mempunyai informasi yang menurut mereka lebih baik.

Semangat selalu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayakan Milestone: Pencapaian di Usia 50 Tahun

Wow! Saya berusia 50 tahun hari ini! Saya bersyukur telah melewati berbagai pengalaman hidup, baik suka maupun duka. Pada kesempatan ini, saya menuliskan perjalanan hidup dengan menggunakan Wheel of Life, sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Paul J. Meyer, seorang pengusaha, penulis, dan pembicara motivasi dari Amerika. Wheel of Life : Wheel of Life adalah sebuah visualisasi yang membagi kehidupan menjadi beberapa area kunci, seperti kesehatan, karier, hubungan, keuangan, dan lain-lain. Dengan memberikan skor pada setiap area, akan terlihat secara keseluruhan seberapa seimbang dan bahagia hidup kita. Berikut gambar dari wheel of life dengan area-area kuncinya: Berdasarkan wheel of life, berikut pencapaian saya di usia 50 tahun ini:  1.        Relationship: saya memiliki hubungan yang kuat dengan istri dan anak-anak saya. Hubungan saya sangat baik dengan istri yang secara terbuka saling bercerita dan saling mendukung kebutuhan kami berdua. Hubungan ...

Hadapi Masalahmu! Mengatasi Masalah dengan Bijaksana

Saya suka kesal kalau mengalami resah karena ada masalah yang datang, pastinya, masalah bisa datang kapan saja dalam kehidupan sehari-hari. Dan masalah ini sangat bervariasi, bisa masalah di kantor terkait kurangnya komunikasi, masalah dengan keluarga terkait kesal dengan salah satu keluarga jauh, atau masalah keuangan mengenai pengeluaran yang dirasa tidak perlu. Yang bikin kesal sebenarnya perasaan resahnya, karena ternyata masalah ini datang tidak terduga, dan mengganggu pikiran. Ya, lalu mau bagaimana lagi? Akhirnya, masalah ini perlu dihadapi. Saya memiliki 5 teknik dalam menghadapi masalah ini: 1. Terapkan Go – No Go untuk masalah tersebut. Menurut saya, penerapan ini adalah bagian dari bersikap realistis terhadap masalah tersebut. Sebagai contoh:           - M asalah dengan saudara, misal perselisihan pendapat. Apakah perlu diselesaikan? Apakah bisa dibicarakan dulu? Apakah bisa dilupakan saja?           Untuk ha...

Aktivitas Fisik untuk Mengurangi Stres: Manfaat Olahraga bagi Kesehatan Mental

Apakah kamu sering mengalami, pekerjaan di kantor yang bertumpuk, deadline yang sudah dekat serta masih baru 30% (bahkan belum mulai!). Pulang ke rumah dengan pikiran yang dipenuhi dengan tugas-tugas yang belum selesai, dan perasaan yang tegang dan gelisah. Saya sih, sering mengalami hal itu…. Jika saya memiliki banyak pikiran, kebetulan malah membuat badan menjadi Lelah, dan mudah tidur. Nah, sayangnya, saat bangun, pikiran-pikiran tadi masih ada. Bahkan tambah banyak, karena telah berganti hari dan masalah belum selesai. Untuk menghilangkan pikiran-pikiran tersebut, saya akan lakukan jogging di pagi hari minimal 30 menit. Saat berlari, saya akan fokus pada pernapasan dan gerakan tubuh. Pikiran-pikiran terkait pekerjaan akan menjadi terarah. Saya bisa melihat permasalahan secara gambaran besar, dan bisa memutuskan untuk memulai dari mana. Setelah lari, biasanya saya akan mendapatkan perasaan segar, berenergi dan positif untuk menyelesaikan masalah. Kok bisa ya? Kejadian di ata...